Selasa, 20 Januari 2015

Rangkuman Akuntansi Keuangan Menengah 1B Kelompok 7

METODE PERSEDIAAN ECERAN, PENYAJIAN DAN ANALISIS

PENILAIAN PERSEDIAAN

1.   Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik  dan  sistem  perpetual  yang  masing-masing  ada  tiga  cara  penilaian persediaan, yaitu:
a FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama

Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan   akhir   dinilai   dengan   nilai   peroleha persediaan   yang terakhir  masuk  (dibeli).  Metode  ini  cenderung  menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.
b.   LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama

Metode  ini  menyatakan  bahwa  persediaan  dengan  nilai  perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan   yang   awal   (pertama masuk   atau   dibeli.   Metod ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.
c Metode Rata-rata (average method)

Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan  LIFO. Metode ini juga akan berdampapada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.
  
2.   Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok

Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:

a.   Lower Cost of Market

Yaitu  metode  harga  terendah  antara  harga  pokok  dan  harga  pasar. Metode ini dapat diterapkan  dalam kondisi persediaan  tidak normal, misalnya  cacat, rusak dan kadaluarsa.  Pokok dari metode  ini adalah membandingkan  nilayang  lebih  rendah  antara  nilai  pasar (replacement value) dan nilai perolehan (cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit).
b.   Gross Profit Method

Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan,  misalnya  karena  terjadi  bencana  kebakaran  dan  banjir. Dasar  penilaian  persediaanny adalah  pada  persentase  laba  kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1)     mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan,

2)      menghitung  nilai  harga  pokok  penjualan  berdasarkan  pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan
3)      menghitung     estimasi     nilai     persediaan     akhir     dengan mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan
c Retail Method

Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan   cara menghitung terlebih dahulu   nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilaii persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan  pendekatan  harga  pokok  dibandingkan  dengan  pendekatan ritelKemudian  rasio  yang  diperoleh  dikalikan  dengan  persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran dapat dirumuskan sebagai berikut:

METODE HARGA JUAL ECERAN

Metode ini biasanya digunakan pada perusahaan retail dan department store, yang memperjualbelikan banyak jenis barang dengan frekuensi perputaran barang yang relatif tinggi.
Alasan digunakannya metode harga jual eceran :
1.      Banyaknya jenis barang dengan tingkat perputainggi menyebabkan tidak dimungkinkannya penggunaan sistem permanen (perpetual) maupun sistem fisik (lazimnya stock opname dilakukan sekali, yaitu pada setiap akhir tahun)
2.      Penggunaan harga jual sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen.

Tujuan penggunaan Metode Harga Jual Eceran :
1.      Untuk menentukan nilai persediaan dalam rangka penyusunan laporan keuangan jangka pendek, di mana tidak dimungkinkan untuk melakukan stock opname.
2.      Sebagai alat untuk menentukan harga pokok (taksiran) dari kuantitas barang yang ada di gudang (harga pokok persediaan akhir)
3   Sebagai pengawasan terhadap aktivitas pembelian, penjualan, dan mendeteksi adanya kemungkinan terjadinya manipulasi persediaan.

Prosedur Penentuan Nilai Persediaan

Pada Metode Harga Jual Eceran, pembukuan yang berhubungan dengan barang dagangan diselenggarakan dan dinyatakan dalam dua macam harga, yaitu Harga Pokok dan Harga Jual Eceran.

Tahap-tahap penentuan persediaan dengan metode harga jual eceran :
1.      Penentuan besarnya barang tersedia untuk dijual dengan harga pokok dan harga jual eceran
2.      Penentuan Cost Ratio
3.      Penentuan besarnya Penjualan bersih
4.      Penentuan nilai persediaan akhir menurut harga jual eceran
5.      Penentuan taksiran harga pokok persediaan akhir 


Akuntansi Terhadap Metode Harga Jual Eceran

Pada dasarnya pencatatan data persediaan pada metode harga jual eceran menggunakan sistem fisik. Pencatatan persediaan yang diselenggarakan harus mampu menyediakan informasi sbb :
1.      Persediaan awal (jika ada) baik menurut harga pokok maupun harga jual eceran.
2.      Pembelian untuk periode ybs, masing-masing berdasar harga pokok dan harga jual eceran.
3.      Penyesuaian atau perubahan harga jual yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
  1. Harga Jual Mula-mula (Original Sales Price), yaitu harga jual per satuan barang yang ditentukan untuk pertama kalinya.
  2. Mark-up, yaitu selisih antara harga jual semula dengan harga pokoknya.
  3. Additional Mark-up, yaitu kenaikan harga jual di atas harga jual mula-mula.
  4. Pembatalan Mark-up, yaitu penurunan harga jual dari harga jual yang telah naik sampai dengan harga jual semula.
  5. Mark-down, yaitu penurunan harga jual dari harga jual semula.
  6. Pembatalan Mark-down, yaitu kenaikan harga jual dari harga yang telah turun sampai dengan harga jual semula.
4.      Informasi hasil penjualan


Rangkuman Akuntansi Keuangan Menengah 1A Kelompok 9

 " PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TIDAK DAPAT DIPERBARUI, PENYAJIAN DAN ANALISIS "

PENGERTIAN
Aktiva tetap adalah aktiva-aktiva yang mempunyai wujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.

Karakteristik utama aktiva tetap berwujud adalah:
1.   Aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual kembali.
2.   Aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subyek pengyusutan.
Perusahaan mengalokasikan biaya investasi dalam aktiva-aktiva ini pada periode masa depan               melalui beban penyusutan periodik. Tapi, hal ini tidak berlaku untuk tanah, yang tidak disusutkan.
3.   Aktiva tersebut memiliki substansi fisik.
Properti, pabrik dan peralatan merupakan aktiva berwujud yang mempunyai karakteristik eksistensi atau substansi fisik.Tidak seperti bahan baku, aktiva tetap berwujud secara fisik bukan merupakan bagian dari produk yang dimiliki untuk dijual kembali.


PRINSIP PENILAIAN
Menurut PSAK No. 16
“Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan”

Pencantuman di Neraca :
Aktiva yg umurnya terbatas -->harga perolehan – akumulasi depresiasi/deplesi
Aktiva yg umurnya tdk terbatas --> harga perolehan

AKUISISI DAN PENILAIAN AKTIVA TETAP
Umumnya perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai aktiva tetap berwujud. Biaya historis, diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya.

Alasan digunakannya biaya historis adalah:
1.   Pada tanggal akuisisi, biaya mereflesikan nilai wajar
2.   Biaya  historis  melibatkan  biaya  actual,  bukan  transaksi  hipotetis,  sehingga merupakan hal
      yang peling dapat diandalkan.
3.   Keuntungan serta kerugian sebaiknya tidak diantisipasi, tetapi harus diakui ketika aktiva dijual.

PEROLEHAN AKTIVA TETAP

  a.   Pembelian Tunai (terpisah/gabungan) Ilustrasi (Terpisah)
        PT “Gegana” membeli aktiva tetap dari sebuah perusahaan berupa Kendaraan dengan
        harga senilai Rp 500.000.000.
        Jurnal
        Kendaraan                500.000.000           -
        Tanah                                -            500.000.000

Ilustrasi (Gabungan)
PT “Gegana” membeli aktiva tetap dari sebuah perusahaan berupa tanah, Kendaraan, gedung  dengan harga  paket  senilai  Rp  500.000.000.  Apabila  harga  pasar  diketahui sebagai berikut :
tanah               = Rp 150.000.000 
kendaraan       = Rp  75.000.000 
gedung            = Rp 225.000.000

b.  Pertukaran

Ditukar dengan Surat Berharga

Ilustrasi
PT “Jimbaran” membeli sebuah gedung dengan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa  dengan  nilai nominal  per lembar Rp  50.000  sebagai  ganti  pembayaran tunai. Pada saat pertukaran, harga saham sebesar Rp 52.000 per lembar.
          Jurnal
         Tanah (1.000 lbr x Rp 52.000)                 52.000.000           -
         Saham Biasa                                               -             50.000.000


PENGERTIAN PENYUSUTAN DAN DEPLESI

Penyusutan adalah proses akuntansi dalam mengalokasikan biaya aktiva berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.
Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui.


PENURUNAN NILAI AKTIVA TETAP

Suatu aktiva turun nilainya jika nilai tercatatnya melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dalam laporan keuangan.
Faktor- faktor yang menyebabkan penurunan manfaat atas aktiva tetap dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:

Penyusutan Fisik
Penyusutan fisik merupakan penurunan manfaat atau nilai atas aktiva tetap yang disebabkan oleh keausan dan kecacatan, kemersotan nilai dan pembusukan, dan kerusakan atau destruksi.

Penyusutan Fungsional
Penyusutan fungsional merupakan penyusutan yang diakibatkan terbatasnya masa manfaat aktiva tersebut. Hal ini terjadi karena ketidaklayakan dan keusangan
DEPLESI SUMBER DAYA ALAM

Sumber daya alam yang sering kali disebut aktiva yang dapat habis mencakup minyak, mineral, dan kayu.

Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor :

Biaya akuisisi, adalah harga yang dibayarkan guna memperoleh hak properti untuk mencari dan menentukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan .
Biaya eksplorasi, seringkali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam.
Biaya pengembangan, dibagi menjadi dua yaitu peralatan berwujud dan biaya pengembangan tidak berwujud
Biaya restorasi, biaya ini harus ditambahkan ke dasar deplesi untuk tujuan perhitungan biaya deplesi per unit.


PENYAJIAN DAN ANALISIS AKTIVA TETAP

Penyajian Properti, Pabrik, Peralatan, dan Sumber Daya Alam
Setiap kewajiban yang dijamin oleh properti, pabrik, peralatan dan sumber daya alam tidak boleh dioffset terhadap aktiva ini, tetapi harus dilaporkan dalam kelompok kewajiban, properti, pabrik, peralatan, dan peralatan yang saat ini tidak digunakan sebagai aktiva produksi dalam bisnis harus dipisahkan dari aktiva yang digunakan dalam operasi.

Apabila aktiva disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan dikredit.
Karena dampak yang signifikan dari metode penyusutan yang digunakan terhadap laporan keuangan, maka pengungkapan berikut harus dibuat:

beban penyusutan untuk periode berjalan
saldo kelas utama dari aktiva yang dapat disusutkan, menurut sifat dan fungsi
akumulasi penyusutan, baik menurut kelas utama aktiva yang dapat disusutkan maupun dalam jumlah total.
suatu uraian umum tentang metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkaitan dengan kelas utama aktiva yang dapat disusutkan.

Analisis Properti, pabrik, peralatan, dan sumber daya alam
rasio perputaran aktiva.
rasio ini ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva selama periode berjalan.
perputaran aktiva = penjualan bersih
                           --------------------------
                            rata-rata total aktiva

rasio marjin laba terhadap penjualan
dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan penjualan bersih.

marjin laba terhadap penjualan =   laba bersih
                                                  ----------------------
                                                 penjualan bersih

 tingkat pengembalian atas aktiva
tingkat pengembalian atas aktiva =   laba bersih
                                                      -----------------------
                                                  rata-rata total aktiva

Rangkuman Akuntansi Keuangan Menengah 1A Kelompok 10

“AKTIVA TETAP TIDAK DAPAT DIPERBARUI DAN PEMBERHENTIAN AKTIVA TETAP”

PENGERTIAN AKTIVA TETAP
a.      Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah dapat di hentikan penggunaannya dengan membuang, menjual, atau menukarnya pada umumnya, pada waktu aktiva dilepaskan, penyusutan atau amortisasi yang belum dicatat untuk periode bersangkutan dicatat sampai tanggal pelepasan. Dengan demikian nilai buku pada tanggal pelepasan atau penghentian penggunaan dapat dihitung sebagai selisih antara harga perolehan aktiva itu dan akumulasi penyusutannya.
Jika harga pelepasan lebih besar dari pada nilai buku, diakui keuntungan. Sebaliknya, jika harga pelepasan lebih kecil dari pada nilai buku, diakui kerugian. Keuntungan atau kerugian dilaporkan pada penghitungan rugi laba sebagai “ pendapatan dan keuntungan nilai-nilai” atau “ beban dan kerugian lain-lain” pada
tahun pelepasa aktiva. Sebagai bagian ayat pelepasan, saldo dalam perkiraan aktiva dan akumulasi penyusutan untuk aktiva tersebut dihapuskan
b.      Jenis-jenis Aktiva
Aktiva lancar (current assets): adalah bentuk aktiva yang dalam waktu singkat (kurang dan satu tahun) dapat diubah menjadi uang kas. Aktiva lancar meliputi kas (cash), investasi jangka pendek (temporary investment), wesel tagih (notes receivable), piutang dagang (accounts receivable), penghasilan yang masih akan diterima (accrued receivable), persediaan (inventories), biaya yang dibayar di muka (prepaid expenses). 
Aktiva tetap (fixed assets): adalah harta kekayaan milik perusahaan yang dapat diukur dengan jelas (tangible) dan bersifat permanen. Aktiva tetap dibeli dengan tujuan dipakai sendiri oleh perusahaan dan tidak dijual kembali. Contoh aktiva tetap adalah tanah (land), bangunan (building), mesin-mesin (madiinery), perabot dan peralatan kantor (office furniture and fixtures), perabot dan peralatan toko (store furniture and fixtures), alat pengangkutan (delivery equipment). 
Aktiva tidak berwujud (intangible assets): adalah semua aktiva yang tidak dapat disimpan dalam bentuk persediaan dan dipegang bentuknya tetapi dapat dirasakan. Aktiva tidak berwujud ini merupakan hak milik perusahaan dan kepemilikannya dilindungi oleh undang-undang. Contohnya adalah hak cipta (copyrights), hak sewa atau hak kontrak (leasehold), hak monopoli (franchises), hak paten, merek dagang (trademarks), goodwill, dan biaya organisasi (organization costs).           
     
Pengertian aktiva tetap tidak dapat diperbarui
 Adalah penyusutan atas harta-harta berupa kekayaan alam, seperti tambang batu bara, tambang timah. Tambang emas dan lain-lain. Penyusutan biasanya dilakukan berdasarkan berupa perkiraan kapasitas produk tambang dibandingkan dengan jumlah perkiraan kandungan barang tambang tersebut.

Penghentian Untuk Aktiva Tetap


Penghentian aktiva tetap terjadi pada saat aktiva tetap belum habis masa manfaatnya maupun pada saat masa manfaatnya tersebut telah habis. Jika aktiva tetap telah habis masa manfaatnya berarti pada saat penghentian aktiva tetap tersebut telah disusutkan secara penuh.

Penghentian Aktiva Tetap




Bila aktiva tetap dihentikan sebelum masa manfaatnya habis atau selesai, maka akan timbul adanya laba atau rugi akibat penghentian  tetap tersebut. Penghentian  aktiva tetap sebelum  habis  masa  manfaatnya  dapat dilakukan  dengan  berbagai  cara yaitu dijual atau ditukar dengan aktiva tetap lain.


Penjualan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang dijual sebelum masa ekonomisnya akan diperoleh laba (gain) atau rugi (loss) dari penjualan aktiva tersebut. Laba atau rugi dari penjualan aktiva tetap dihitung  dengan  carmembandingkan  antara  harga  jual  dengan  nilai  buku  (book value) aktiva tetap pada saat dijual. Jika harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan nilai buku  makyang  terjadi  adalah  laba,  sebaliknya  bila harga  jual lebih  rendah dibandingkan dengan nilai buku maka akan diperoleh rugi. Dan apabila harga jual dan nilai buku besarnya sama maka tidak akan terjadi laba maupun rugi.

Contoh: Suatu aktiva tetap yaitu sepeda motor, pada tanggal 1 Desember 2008 dilihat catatan akuntansinya  ternyata telah disusutkan sebesar Rp. 7.500.000. Dahulu pada waktu dibeli sepeda motor tersebut memiliki harga perolehan sebesar Rp. 12.500.000. Andaikata sepeda motor tersebut dijual pada harga :
a Rp. 6.000.000 b.   Rp  5.000.000 c Rp. 4.000.000
Apakah  yang  akan  terjadi?laba,  rugi  atau  impas?  Untuk  menjawab  pertanyaan

tersebut dapat kita hitung sebagai berikut:


Harga Jual

Rp. 6.000.000

Harga perolehan sepeda motor
Akumulasi depresiasi
Nilai Buku

Rp.  12.500.000
Rp.    7.500.000
Rp.    5.000.000



(Rp. 5.000.000)
Laba Penjualan Sepeda Motor                                Rp.  1.000.000



Jurnal untuk mencatat penjualan tersebut adalah:


Kas

6.000.000

Ak. Depresiasi spd mtr
7.500.000
Sepeda Motor

12.500.000
Laba penjualan spd mtr

1.000.000


Harga Jual

Rp. 5.000.000

Harga perolehan sepeda motor
Akumulasi depresiasi
Nilai Buku

Rp.  12.500.000
Rp.    7.500.000
Rp.    5.000.000



(Rp. 5.000.000)
Laba (rugi) Penjualan Sepeda Motor                     Rp.                0



Jurnal untuk mencatat penjualan tersebut adalah:



Kas

5.000.000

Ak. Depresiasi spd mtr
Sepeda Motor
7.500.000

12.500.000



Harga Jual




Rp. 4.000.000

Harga perolehan sepeda motor
Akumulasi depresiasi
Nilai Buku

Rp.  12.500.000
Rp.    7.500.000
Rp.    5.000.000



(Rp. 5.000.000)
Rugi Penjualan Sepeda Motor                                 (Rp.  1.000.000)


Jurnal untuk mencatat penjualan tersebut adalah:


Kas

4.000.000

Ak. Depresiasi spd mtr
7.500.000
Rugi Penjualan spd mtr
1.000.000
Sepeda Motor

12.500.000

Pertukaran Aktiva Tetap

Pertukaran aktiva tetap dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.   Pertukaran Aktiva Tetap Sejenis

Pertukaran ini dilakukan antara aktiva tetap yang sejenis saja dan berfungsi sama. Pertukaran aktiva tetap sejenis bila terjadi laba karena pertukaran ini, maka tidak akan diakui. Namun bila yang terjadi adalah rugi maka harus diakui.
Contoh 1: Pertukaran dengan mengeluarkan kas.
Misalnya, PT Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk merek B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 4.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp 25.000.000,00. PT Risa Fadila membayar Rp 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Truk B                                     Rp 26.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A   Rp   4.000.000,00
            Truk A                                                             Rp 10.000.000,00
            Kas                                                                  Rp 20.000.000,00

Perhitungannya sebagai berikut:
                        Harga perolehan truk A          Rp 10.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi              Rp   4.000.000,00-
                        Nilai buku truk A                    Rp   6.000.000,00
                        Kas yang dibayarkan              Rp 20.000.000,00+
                        Harga perolehan truk B           Rp 26.000.000,00
           
Contoh 2: Pertukaran dengan penerimaan kas.
Sebagai contoh, misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 50.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 20.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B Rp 35.000.000,00 dan PT Risa Fadila menerima uang Rp 5.000.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai berikut:

Truk B                                     Rp 25.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A   Rp 20.000.000,00
Kas                                          Rp    5.000.000,00
            Truk A                                                             Rp 50.000.000,00
           

Perhitungannya sebagai berikut:
                        Harga perolehan truk A          Rp 50.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi              Rp  20.000.000,00-
                        Nilai buku truk A                    Rp  30.000.000,00
                        Kas yang diterima                   Rp    5.000.000,00-
                        Harga perolehan truk B           Rp  25.000.000,00

2.   Pertukaran Aktiva Tetap Tidak Sejenis

Pertukaran ini merupakan pertukaran aktiva tetap yang secara fungsi berbeda. Dalam pertukaran tidak sejenis, bila terjadi laba pertukaran dan rugi pertukaran akan diakui dan dicatat dalam akuntansi.
Misalnya pada awal tahun 2006 PT saya menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000,00 akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp 1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp 500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp 800.000,00 dan PT saya harus membayar uang sebesar Rp 1.700.000,00. Harga perolehan truk adalah Rp 2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi     Rp    800.000,00
Uang tunai yang dibayarkan   Rp 1.700.000,00+
Harga perolehan truk              Rp. 2.500.000,00

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai berikut:
                        Truk                                         Rp 2.500.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.500.000,00
                                    Kas                                                                  Rp 1.700.000,00
                        Mesin                                                              Rp 2.000.000,00
Laba pertukaran mesin                                    Rp.   300.000,00
           
Laba pertukaran mesin sebesar Rp 300.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi                                         Rp    800.000,00
Harga perolehan mesin            Rp 2.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.500.000,00-
                                                                                    Rp    500.000,00-
Laba pertukaran mesin                                                Rp.   300.000,00

            Apabila mesin diatas ditukarkan pada pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk 1/2 tahun 2006 dan baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin terebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya nadalah sebagai berikut:
Depresiasi mesin                     Rp   200.000,00
Akumulasi depresiasi mesin                                        Rp   200.000,00

Perhitungan : 6/12 x 1/5 x Rp 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00

                        Truk                                         Rp 2.500.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.700.000,00
                                    Kas                                                                  Rp 1.700.000,00
                        Mesin                                                              Rp 2.000.000,00
Laba pertukaran mesin                                    Rp.   500.000,00

Laba pertukaran mesin sebesar Rp 500.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi                                         Rp    800.000,00
Harga perolehan mesin                            Rp 2.000.000,00
                        Depresiasi s.d. awal 2006  Rp 1.500.000,00
                        Depresiasi 6 bulan              Rp    200.000,00+
                                                                                         Rp 1.700.000,00_-
                                                                                                            Rp   300.000,00-

                        Laba pertukaran mesin                                               Rp   500.000